CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Selasa, Juli 22, 2008

Tips Hindari Tabrakan Beruntun


Penambahan populasi mobil tentu berpotensi meningkatkan kasus kecelakaan di jalan raya. Yang banyak terdengar akhir-akhir ini di Jakarta dan kota besar lainnya adalah kecelakaan beruntun melibatkan lebih dari 3 mobil. Bagaimana cara menghindarinya?

Instuktur Senior dari lembaga Indonesia Defensive Driving Center, Bintarto Agung berbagi tips bagaimana hendaknya pengemudi menjaga jarak dengan kendaraan di depan dan belakangnya.

Bintarto mengatakan, standar internasional yang berlaku saat ini, pengemudi harus menjaga jarak tidak boleh lebih dekat dari 3 detik dengan kendaraan di depannya. Untuk itu, pengemudi dapat menyesuaikan jarak dengan mematok mobil pada jarak 5 detik ke atas. Ini dikarenakan waktu tersebut merupakan tenggat refeleks yang masih mampu dilakukan manusia untuk merespon kejadian yang mendadak. Selain itu, perangkat safety kendaraan, baik rem atau lainnya, bekerja pada kisaran waktu tersebut. Sehingga potensi kecelakaan dapat dihindari.

Bintarto menyatakan, penggunaan ukuran waktu untuk mengantisipasi benturan sebagai standar internasional, lebih disebabkan bahwa sebenarnya manusia lebih mampu mengantisipasi secara waktu ketimbang jarak. Jika kecepatan berubah, maka pengemudi harus mencari jarak baru. Misalnya saat kendaraan melaju pada kecepatan 40 km/jam maka jarak amannya adalah 4 meter. Ini akan menjadi kesulitan tersendiri bagi pengemudi untuk merubah jarak.

Sebaliknya dengan penggunaan standar waktu, dengan kecepatan berapa pun pengendara yang berada di belakangnya dapat menyesuaikan. Sehingga jarak aman akan terbentuk dengan sendirinya.

Menyesuaikan jarak dengan hitungan waktu, bisa dilakukan melalui penanda pohon atau tiang listrik di pinggir jalan. Pengemudi dapat menyesuaikannya dengan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mencapai penanda tersebut.

Bintarto juga menandaskan, setiap pengemudi harus terhidar dari Agressive Driving, yaitu membawa kendaraan secara emosi sehingga pengemudi tak memikirkan pentingnya kecepatan dan jarak. Menurutnya, angka kemacetan di kota besar sangat berpotensi menimbulkan stres. Inilah yang kemudian dapat menjadikan gaya berkendara agresif yang rentan menimbulkaan kecelakaan. Jika tidak kecelakaan, Agressive Driving menjadikan konsumsi bahan bakar boros. Untuk itu, setiap pengemudi harus terbebas dari stres.By M RIzal

0 komentar: