Hatiku terlalu mertasa bahagia ketika dia didepanku, ketika aku harus selalu berhadapan dengannya. Bibir ini tak pernah berucap bahwa hati ini telah terbagi untuknya. Namun dipertengahan hati yang selalu tersenyum ini, sebuah kenyataan pahit harus ku telan. Dia tak mungkin kumiliki., tak mungikin.
Aku sangat menyayangi melatiku yang sedang mekar. Sampai kau tak rela jika aku harus merusak keindahannya. Tapi dia menginginkan permata yang selama ini selalu kurawat dalam hati. Selalu. Selalu ku sebut ketika hati ini rindu. Selalu ku tiru segala keindahan yang dimilikinya.
Tapi sungguh ku tak ingin melukai melatiku. Sungguh. Aku tak tega jika dia harus menangis di depanku lagi. Aku tak tega. Cukup penderitaan itu dialaminya. Ku ingin mencoba menghentikannya,. Meskipiun itu harus mengambil permata hatiku. Mudah – mudahan Alloh menggantikan permata itu meskipun hatiku belum tentu bisa menerima permata yang lain.
Oh… permataku…. Janganlah kau tatap aku seperti itu terus. Hal itu membuat ingatanku sulit lepas darimu. Biarkan aku melupakanmu. Terimalah dia. Jangan kau sia – siakan dia. Aku yakin kau