Jumat, 14/11/2008 11:27 WIB
100 Karya Imajinatif Siap Unjuk Gigi di HelloFest
Han Kristi - detikMovie
HelloFest Jakarta - HelloFest akan kembali diadakan pada 22 November di Balai Kartini, Jl. Jend Gatot Subroto, Jakarta. Festival ini akan menampilkan lebih dari 100 karya imajinatif dari berbagai penjuru tanah air.
Karya-karya seperti animasi, film pendek, musik klip, dokumenter hingga experimental akan dipertontonkan di festival ini. Jika di HelloFest sebelumnya rata-rata partisipannya berasal dari Jakarta dan Bandung, kini dari Jogjakarta, Demak, Surabaya, Malang hingga Bali juga akan ikut meramaikan festival itu.
Pada hari H, 100 karya itu akan dipertontonkan di layar besar hingga bisa dinikmati lebih dari 1.000 pengunjung. Dari 100 karya yang tampil nanti akan dipilih 15 karya yang dianggap paling inovatif dan inspiratif. Pemilihan pemenang akan dilakukan oleh pengunjung yang hadir pada hari itu dengan cara mencoblos seperti pemilu.
Selain menampilkan motion picture, HelloFest juga kembali mengajak para pengunjung untuk hadir dengan mengenakan kostum spesial. Tahun lalu festival ini dihadiri 120 penonton yang berkostum karakter animasi Jepang, Amerika, Indonesia hingga karakter imajinasi sendiri. Jadi jangan heran kalau di HelloFest Anda akan menemukan Satria Baja Hitam dan si Unyil sedang asyik bercanda.
Wah, ternyata HelloFest seru sekali. Datang yuk!
(hkm/hkm)
Rabu, 12/11/2008 16:59 WIB
Digoyang Gosip, 'Laskar Pelangi' Tembus 3,9 Juta Penonton
Eny Kartikawati - detikMovie
Laskar Pelangi (Dok. Miles Film) Jakarta - Penulis novel 'Laskar Pelangi' Andrea Hirata yang mengkalim sebagai perjaka digoyang gosip. Gosip itu rupanya tak mempengaruhi film 'Laskar Pelangi'. LP kini justru melejit. Jumlah penontonnya mampu melampau penonton Ayat-ayat Cinta.
Dari rilis yang diterima detikhot, Rabu (12/11/2008), Miles Film mengabarkan kalau LP telah menembus 3,9 juta penonton. Pencapaian angka tersebut melebihi angka penonton yang diraih 'Ayat-ayat Cinta.' Sampai saat ini AAC ditonton 3,5 juta orang.
Miles Film memperkirakan dalam waktu dekat ini film nyang dibintangi Cut Mini itu mampu melampau 4 juta penonton. Apalagi hingga kini LP masih diputar di sejumlah bioskop.
Angka 3,9 juta penonton yang diraih LP itu ternyata belum termasuk jumlah penonton layar tancap film tersebut. Pada 25-26 Oktober lalu digelar pemutaran LP melalui layar tancap di Belitung.
Ada tiga tempat di Belitung yang dijadikan tempat pemutaran layar tancap LP. Tiga desa itu adalah Desa Gantung, lokasi utama syuting LP, Desa Manggar dan Tanjung Pandang. Dari tiga desa tersebut diperkirakan jumlah penonton LP mencapai 60 ribu orang.
Rencananya bukan hanya di Belitung saja LP diputar. "Sejauh ini sudah direncanakan pemutara
n di Aceh, Natuna, Rantau, Prabumulih, Sanggata (Kalimantan Timur) dan Sorong (Papua)," jel
as co-producer LP Putut Widjanarko. (eny/eny)
Senin, 13/10/2008 13:36 WIB
Laskar Pelangi: Sepotong Ensiklopedi dan Potret Mimpi-Mimpi
pembaca - detikMovie
Laskar Pelangi (Miles) Jakarta - Setelah Nagabonar Jadi 2, inilah film lokal paling spektakuler bagi saya. Ruh semangat pantang menyerah untuk sekolah, yang bagi masyarakat miskin hanyalah mimpi tak-terwujudkan. Di film ini dilukiskan penuh gelora, murni, syahdu dan inspiratif. Kisah ini membalikkan prediksi manusia atas nasib, bahwa mimpi bukanlah sesuatu yang mengawang-awang saja, tapi bisa diwujudkan dengan tekad yang kuat. Potret jatuh bangun 10 anak-anak miskin Melayu dan guru-gurunya yang luar biasa adalah cermin betapa digdayanya negara ini sebenarnya.
Pembukaan film berupa narasi tokoh Ikal yang telah dewasa (Lukman Sardi) saat ia pulang ke tanah kelahirannya, Kampong Gantong, Belitong. Ia melayangkan pikiran menuju kenangan tak terlupakan di masa kecilnya dulu, yakni hari pertamanya masuk SD. Saat itu suasana harap-harap cemas tampak di SD Muhammadiyah, sekolah harapan terakhir kaum marjinal Gantong bagi anak-anak mereka. Masih kurang 1 orang murid lagi untuk menggenapi jumlah 10 sesuai ketentuan Dinas Pendidikan setempat, atau sekolah tersebut harus ditutup. Lalu keajaiban terjadi ketika seorang anak cacat mental Harun, masuk sekolah itu dan menyelamatkan mereka semua. 5 tahun kemudian, berbagai peristiwa luar biasa mengoreskan tekad di hati seorang Ikal untuk berjuang meraih pendidikan.
Film ini diangkat dari novel mega best-seller berjudul sama yang ditulis Andrea Hirata sebagai semi-memoar perjalanan hidupnya. Riri Riza dan Mira Lesmana menyederhanakan bahasa novelnya agar film ini dapat dinikmati pula oleh anak-anak. Hal tersebut merupakan suatu keputusan tepat, walaupun beberapa pihak mengatakan film ini memangkas keindahan novelnya. Bagi Andrea, proyek ini bukan bertujuan sekedar mengangkat novel ke film, melainkan untuk memperluas jangkauan massa dalam menikmati dan mengambil hikmah kisah ini. Karena film adalah media yang lebih universal daripada buku, sebuah karya sastra pula! Bagi saya, sebagai penderita penyakit gila no.13, yaitu obsesif-kompulsif pada novel Laskar Pelangi, cukup puas dengan film ini. Ada beberapa kekurangan memang, tapi kelebihan dan keindahannya menyingkirkan pikiran skeptis tersebut.
Keputusan Miles Production mengambil aktor cilik asli dari Belitong sangat tepat. Salut dan sungguh salut untuk trio Ikal (Zulfanny),Mahar (Verrys) dan Lintang (Verdian) yang bermain sangat-sangat bagus. Mereka masuk dalam karakter masing-masing dengan luwes, alami, brilian! Cut Mini sebagai Bu Muslimah dan Ikranegara sebagai Pak Harfan bermain sepenuh jiwa. Mereka telah menitipkan sebagian hatinya di Belitong.
Adapun karakter-karakter tambahan disini, Pak Zulkarnaen (Slamet Rahardjo) dan Bakri (Teuku Rifki Wikana), bermain bagus dan tujuan keberadaan karakternya jelas. Lain halnya dengan Tora Sudiro, yang bila ditiadakan justru menambah nilai film ini. Alex Komang (ayah Lintang) yang mucul tidak lebih dari 4 scene bermain ciamik. Begitu pula dengan Jajang C. Noer (istri Pak Harfan), Rieke Dyah Pitaloka (ibu Ikal) dan Ario Bayu (Lintang dewasa), mereka bagus. Namun Mathias Muchus (ayah Ikal) bagi saya masih terlalu intelek sebagai seorang kuli timah.
Saya mencatat kelemahan ada pada pemeran Sahara, A Kiong, dan Flo. Untunglah peran mereka tidak signifikan sehingga tertutup oleh anak-anak yang lain. Pemeran Kucai, Borek, Syahdan dan Trapani, yang memang tidak ditonjolkan untuk membuat cerita terfokus pada Ikal-Lintang-Mahar, bermain bagus. Salut!
Ada kekurangan pada eksekusi adegan karnaval 17 Agustus, terkesan kurang megah. Namun jalan untuk sampai pada pertunjukan ini, terutama tingkah ganjil Mahar mencari inspirasi berhasil mengocok perut. Mahar bermain sangat cool, sombong, tapi tetap loveable. Jatuh cinta saya dengan trade-mark ’Boi’-nya. Love it! Oya, jangan lewatkan adegan ’Bunga Seroja’ disini. Improvisasi yang lucu tiada tara!
Applaus untuk Ikal, yang menurut pengakuannya sendiri bahwa adegan tersulitnya adalah ’pacaran dengan A Ling’, justru menurut saya sangat berhasil. Saya sebenarnya tidak terlalu respek dengan bab ini di novelnya, tapi di film, ini adalah salah satu part favorit saya. Segala unsur untuk membuat sang ’kuku cantik’ jadi lebay, sah-sah saja kiranya, karena memang bagi Ikal yang jatuh cinta. Saat itu segala sesuatu nampak indah nian di mata. Katakan: Oma! Haha...
Adegan Flo, yang menurut beberapa orang tidak jelas dan tidak perlu, bagi saya penting untuk memberi pengertian tentang teori permistikan dan perdukunan yang
digemari anak-anak. Tuah Tuk Bayan Tula ternyata sangat terpuji!
Puncaknya adalah scene Cerdas Cermat dengan Lintang sebagai bintangnya. Waw, Lintang bermain bagus sekali. Chemistry dengan ayah dan adik-adiknya sempurna. Segala gestur, mimik, tutur kata, begitu memikat hati saya. Lalu klimaks saat anak jenius ini harus berpamitan dari sekolah untuk selamanya, berdiri menyangga sepeda, sama legam dan berkeringat layaknya masa kelas 1 SD-nya dulu ... Hanya diam, tapi sorot matanya berbicara banyak... Ikal mengejarnya dengan mata basah... Kesedihan disini tidak diumbar berlarat-larat, tapi sebagai penonton saya terenyuh berat. Berat sekali sampai menangis.
Sinematografi film ini luar biasa, demikian juga tata musiknya. Soundtrack Nidji yang menggambarkan semangat Laskar Pelangi dengan murni menjadikan endingnya sangat puitis. Deretan isi UUD 45 pasal 31 ayat 1 yang ditampilkan sebagai penutup seakan menampar dan menghancurkan hati saya. Kapankah Indonesia bangkit?
Film ini sepotong lembaran ensiklopedi Indonesia, yang memberi inspirasi tentang kekuatan mimpi. Film terbaik hingga saat ini. A must see for everyone!
oleh: Sekarsari R.
bY:tIE eXCAT 4
Jumat, November 14, 2008
Movie bulan ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar