CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Senin, Mei 19, 2008

Ketakutan terhadap "Atlas Penciptaan" di Prancis, Tempat Lahir Pemikiran Materialis

Para pemikir Prancis telah mengemukakan pemikiran-pemikiran paling menyimpang terhadap hal-hal suci dan nilai-nilai ajaran agama, yang berujung pada gerakan pemberontakan dan perlawanan atas nama kebebasan. Para cendekiawan Prancis yang sangat berpengaruh seperti Voltaire, Rousseau, Diderot, Helvetius, Holbach, Auguste Comte, Jean-Paul Sartre dan Albert Camus telah memainkan peran utama dalam pergeseran Eropa ke arah materialisme dan penyebaran ateisme.
Prancis masih merupakan salah satu dari negara-negara yang memperlihatkan permusuhan paling nyata terhadap keimanan kepada Tuhan. Sebagian besar masyarakat Prancis berada dalam kendali penuh paham sosialis, dan telah bersatu melawan nilai-nilai ajaran agama akibat salah informasi dan kurangnya pendidikan. Prancis juga memberikan dukungan terbuka kepada terorisme komunis separatis yang tidak berkesudahan di Turki. Prancis terkenal akan sikap permusuhannya terkait dengan pembantaian ras Armenia yang diduga ada itu. Selain itu, sangatlah penting bahwa pusat Freemasonry dunia harus berada di Prancis.
Masyarakat Prancis sangat bangga dengan pujian terhadap para filsuf mereka, pemikiran-pemikiran menyimpang yang mereka tanamkan ke seluruh dunia, dan budayanya, yang sesungguhnya tidak mengandung apa pun selain tipuan kosong. Namun hari ini, mereka mengalami pukulan keras. Buku berjudul L'ATLAS DE LA CREATION (The Atlas of Creation, atau Atlas Penciptaan) telah mengundang perhatian para tokoh penting, dan seluruh pusat pendidikan di Prancis telah membunyikan tanda bahaya tingkat paling tinggi
Hingga kini, Prancis telah menolak seluruh pandangan yang menentang filsafat-filsafat menyimpang mereka sendiri dan tidak menganggapnya sebagai sebuah ancaman. Akan tetapi, mereka telah dikagetkan oleh buku Atlas Penciptaan dan benar-benar mengalami keadaan gegar budaya (culture shock). Menteri Pendidikan Prancis melontarkan pernyataan pribadi, meminta buku tersebut dijauhkan dari para siswa. Ia tidak menyesal dengan menyatakan bahwa ia menganggap buku itu tidak dapat diterima masyarakat Prancis.
Permasalahan tersebut diulas dengan bahasa yang kasar di koran-koran dan majalah-majalah utama Prancis. Judul utama dengan kata-kata yang mengisyaratkan bencana dan ketakutan, seperti “gempa bumi,” “serangan” and “pemboman ” muncul di media cetak seperti Le Figaro, L’Express, Le Monde dan La Croix.
Semua tanggapan ini menyingkap dampak yang ditimbulkan buku tersebut di Prancis, sebab buku tersebut merupakan penghancuran tak terbantahkan terhadap Darwinisme, tanpa menyisakan keraguan sedikit pun.
Namun sesungguhnya, apa yang dipermasalahkan adalah sebuah buku dan pemikiran-pemikiran serta bukti-bukti yang dimuatnya. Jika bantahan hendak diberikan, maka haruslah pula didukung oleh bukti-bukti, dan pada tataran intelektual. Tapi Prancis, ketika dihadapkan langsung dengan fakta Penciptaan yang jelas dan tak terbantahkan untuk kali pertama, tiba-tiba menanggalkan budaya kebebasan berbicara yang dianutnya selama ratusan tahun—yang kesemuanya untuk tujuan mengingkari keberadaan Tuhan dan melindungi filsafat materialis dari keruntuhan. Kini bangsa Prancis mengambil kebijakan pengekangan dan pelarangan yang diwariskan Jerman Nazi. Prancis diperkirakan menempuh “jalan terakhir“ berupa pembakaran massal ala Nazi buku penting tersebut, yang oleh menteri pendidikan telah dilarang di sekolah-sekolah!
Keadaan ini, yang memperlihatkan ketidakberdayaan mereka yang tidak mampu membantah secara intelektual, sesungguhnya mengumumkan keruntuhan materialisme. Dengan kehendak Tuhan, abad ke-21 akan menjadi zaman keemasan bagi umat manusia ketika kaum beriman secara intelektual menghapuskan seluruh gerakan yang menentang nilai-nilai ajaran agama. Menurut penelitian Yayasan Pengkajian Ekonomi dan Sosial Turki (Turkish Economic and Social Studies Foundation, TESEV), jumlah orang di Turki yang mengatakan bahwa“Tuhan menciptakan manusia” mencapai 87.4%. Ini memicu reaksi besar di Eropa, yang berada dalam pengaruh kuat materialis. Penolakan bangsa Turki dalam jumlah mayoritas terhadap teori evolusi telah menjadi bahan keterkejutan dan kekhawatiran yang besar. Kita berharap bahwa bangsa Turki akan membantu masyarakat Eropa menyaksikan kebenaran dan berpaling kepada nilai-nilai ajaran agama

0 komentar: